BI Salurkan Likuiditas Rp 291,8 Triliun ke Perbankan, Dorong Kredit ke Sektor Prioritas

Rabu, 19 Maret 2025 | 15:08:31 WIB

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) telah menyalurkan Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) sebesar Rp 291,8 triliun hingga minggu kedua Maret 2025. Langkah ini merupakan bagian dari strategi BI dalam mendukung penyaluran kredit ke sektor-sektor prioritas, termasuk properti, dengan memberikan insentif berupa pengurangan giro bank di BI untuk pemenuhan Giro Wajib Minimum (GWM).

Distribusi Likuiditas ke Berbagai Kelompok Bank

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengungkapkan bahwa dari total penyaluran tersebut, masing-masing kelompok bank mendapatkan alokasi sebagai berikut:

1. Bank BUMN: Rp 125,7 triliun

2. Bank Umum: Rp 132,8 triliun

3. Bank Pembangunan Daerah (BPD): Rp 27,9 triliun

4. Kantor cabang bank asing: Rp 5,4 triliun

"Penyaluran ini diharapkan dapat meningkatkan likuiditas perbankan sehingga dapat lebih agresif dalam menyalurkan kredit ke sektor-sektor prioritas yang telah ditetapkan," ujar Perry dalam konferensi pers di Jakarta.

Mendorong Pertumbuhan Kredit Sektor Prioritas

Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) dirancang untuk mendorong bank agar lebih aktif dalam menyalurkan kredit atau pembiayaan ke sektor-sektor yang dianggap strategis bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Beberapa sektor yang menjadi prioritas meliputi:

- Properti dan perumahan

- Industri pengolahan

- Pertanian dan perkebunan

- Perdagangan dan jasa

- Transportasi dan logistik

- Pariwisata dan ekonomi kreatif

Dengan adanya insentif KLM, diharapkan bank-bank penerima dapat menyalurkan kredit dengan bunga yang lebih kompetitif, sehingga meningkatkan daya beli masyarakat dan investasi di sektor-sektor produktif.

Efek Kebijakan KLM terhadap Stabilitas Ekonomi

Langkah BI dalam menyalurkan KLM ini juga bertujuan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Deputi Gubernur BI, Juda Agung, menjelaskan bahwa insentif ini bukan hanya sekadar upaya jangka pendek, tetapi juga bagian dari kebijakan makroprudensial yang lebih luas.

"Kami melihat bahwa dengan adanya tambahan likuiditas ini, pertumbuhan kredit tahun ini dapat mencapai kisaran 10-12%. Ini merupakan batas atas proyeksi BI untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional," ujar Juda Agung.

Selain itu, BI juga telah memastikan bahwa kebijakan ini tidak akan menyebabkan tekanan inflasi yang berlebihan. Perry Warjiyo menegaskan bahwa kebijakan moneter akan tetap dikendalikan dengan baik untuk menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan stabilitas harga.

Kebijakan GWM dan Pengaruhnya terhadap Perbankan

Dalam mekanisme KLM, bank-bank yang memenuhi persyaratan penyaluran kredit ke sektor prioritas mendapatkan pengurangan kewajiban pemenuhan GWM di BI. Dengan kata lain, semakin tinggi penyaluran kredit ke sektor-sektor yang ditentukan, semakin besar insentif yang diterima oleh bank tersebut.

“Insentif ini diberikan sebagai bagian dari strategi makroprudensial BI agar perbankan dapat lebih optimal dalam berkontribusi terhadap perekonomian nasional," jelas Perry.

Sebagai contoh, dalam beberapa bulan terakhir, bank-bank yang aktif menyalurkan kredit ke sektor properti mengalami peningkatan likuiditas yang signifikan. Hal ini berkontribusi terhadap meningkatnya pembangunan perumahan dan mendukung program perumahan rakyat.

Tanggapan Perbankan terhadap KLM

Kebijakan KLM ini disambut positif oleh perbankan. Direktur Utama salah satu bank BUMN, yang enggan disebutkan namanya, menyatakan bahwa kebijakan ini memberikan ruang lebih bagi bank untuk lebih fleksibel dalam menyalurkan kredit.

"Dengan adanya tambahan likuiditas ini, kami lebih leluasa untuk menyesuaikan strategi kredit dan memperluas jangkauan pembiayaan ke sektor-sektor prioritas," ungkapnya.

Sementara itu, bank asing yang mendapatkan alokasi KLM sebesar Rp 5,4 triliun juga mengapresiasi kebijakan ini. Seorang eksekutif dari salah satu kantor cabang bank asing di Jakarta mengatakan bahwa kebijakan BI ini sangat membantu dalam meningkatkan daya saing bank asing di Indonesia.

Prospek dan Tantangan ke Depan

Meskipun kebijakan ini telah memberikan dampak positif terhadap likuiditas perbankan, beberapa tantangan tetap harus diantisipasi. Salah satunya adalah efektivitas penyaluran kredit ke sektor prioritas yang ditargetkan. Beberapa analis menilai bahwa perlu adanya pengawasan yang lebih ketat agar dana likuiditas ini benar-benar terserap ke sektor yang tepat.

Selain itu, kondisi perekonomian global yang masih penuh ketidakpastian juga dapat menjadi tantangan bagi perbankan dalam menyalurkan kredit. Namun, BI optimis bahwa dengan kebijakan yang tepat, Indonesia dapat terus menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.

Dengan penyaluran likuiditas sebesar Rp 291,8 triliun melalui kebijakan KLM, Bank Indonesia menunjukkan komitmennya dalam mendorong perbankan untuk lebih aktif menyalurkan kredit ke sektor-sektor prioritas. Langkah ini diharapkan dapat memperkuat perekonomian nasional, meningkatkan daya beli masyarakat, dan menciptakan lebih banyak lapangan kerja. Dengan dukungan perbankan dan kebijakan makroprudensial yang tepat, Indonesia dapat terus mempertahankan stabilitas ekonomi di tengah tantangan global yang ada.

Terkini

Liburan Seru Berenang Bersama Hiu Karimunjawa

Kamis, 11 September 2025 | 16:38:27 WIB

Rekomendasi 3 Coto Makassar Terlezat di Surabaya

Kamis, 11 September 2025 | 16:38:26 WIB

Update Harga Sembako Jogja 11 September 2025 Terbaru

Kamis, 11 September 2025 | 16:38:22 WIB

Langkah Mudah Cek Bansos BPNT 2025 Online

Kamis, 11 September 2025 | 16:38:21 WIB