JAKARTA - Pasar modal Indonesia saat ini berada dalam situasi "menunggu" yang penuh harapan. Investor menantikan keputusan penting dari Bank Indonesia (BI) terkait suku bunga acuan atau BI Rate, yang diyakini akan memberi dampak signifikan pada iklim investasi di Tanah Air. Selain itu, kebijakan pemerintah yang lebih pro-pasar juga menjadi sorotan utama para pelaku pasar guna menciptakan stabilitas ekonomi yang berkelanjutan.
Sejak awal tahun 2025, pasar saham Indonesia telah menunjukkan fluktuasi yang signifikan, dengan investor fokus pada sejumlah faktor eksternal dan domestik yang mempengaruhi perekonomian Indonesia. Salah satu yang paling dinanti adalah kebijakan suku bunga acuan yang dapat memberikan sinyal positif terhadap pasar modal.
Menurut Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto, ada peluang besar bagi Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga acuan, dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi Indonesia yang masih stabil. "Ruang penurunan suku bunga acuan terbuka lebar, mengingat kondisi fundamental ekonomi yang cukup solid, seperti posisi cadangan devisa yang masih besar dan inflasi yang terkendali," ujarnya dalam wawancara eksklusif dengan Medcom.id pada Kamis 13 Maret 2025.
Potensi Penurunan BI Rate yang Diharapkan Investor
Sebagai bank sentral Indonesia, BI memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas ekonomi, termasuk memutuskan suku bunga acuan yang langsung mempengaruhi pergerakan pasar modal. Pada saat ini, investor tengah mengamati secara seksama apakah BI akan melakukan pemangkasan suku bunga yang sudah lama dinantikan. Keputusan ini akan sangat berpengaruh terhadap kinerja saham, serta inflasi dan daya beli masyarakat.
"Jika BI memutuskan untuk menurunkan suku bunga, maka hal ini akan memberikan dampak positif bagi sektor-sektor yang terhubung dengan pembiayaan, seperti perbankan dan properti, yang pada gilirannya bisa meningkatkan kinerja pasar modal," jelas Rully Arya Wisnubroto lebih lanjut.
Kondisi ekonomi Indonesia yang menunjukkan pemulihan yang stabil dan positif menjadi alasan utama mengapa banyak investor optimis bahwa BI akan mengambil langkah tersebut. Dengan cadangan devisa yang cukup besar, Indonesia memiliki ruang untuk mengambil kebijakan moneter yang lebih akomodatif guna mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan stabil.
Kebijakan Pemerintah yang Pro-Pasar Menjadi Katalisator Pertumbuhan
Selain keputusan terkait BI Rate, investor juga menantikan kebijakan-kebijakan pemerintah yang lebih pro-pasar. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Keuangan dan instansi terkait telah berupaya untuk menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif. Sejumlah kebijakan fiskal yang pro-pasar seperti pemangkasan pajak untuk sektor-sektor strategis serta kemudahan berusaha telah dirumuskan, namun implementasi kebijakan tersebut menjadi kunci utama untuk menciptakan stabilitas pasar.
"Keputusan pemerintah yang lebih pro-pasar sangat penting untuk menciptakan iklim investasi yang baik dan meningkatkan minat investor asing dan domestik di pasar modal Indonesia. Pemerintah perlu menunjukkan komitmennya dalam mendukung sektor-sektor yang berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan," kata Rully Arya Wisnubroto.
Selain itu, kebijakan yang lebih ramah terhadap sektor pasar modal, seperti kemudahan akses permodalan bagi perusahaan dan investasi infrastruktur, akan semakin membuka peluang bagi pasar modal Indonesia untuk tumbuh pesat. Menurut Rully, meskipun pasar saham Indonesia sudah menunjukkan tren positif dalam beberapa tahun terakhir, peran kebijakan pemerintah yang pro-pasar sangat dibutuhkan agar pasar modal dapat tetap menarik bagi investor baik domestik maupun global.
Peran Cadangan Devisa dan Inflasi yang Terkendali dalam Menjaga Stabilitas
Salah satu faktor yang mendukung proyeksi positif terhadap pasar modal Indonesia adalah kondisi fundamental ekonomi yang stabil, khususnya cadangan devisa yang masih besar dan inflasi yang terkendali. Menurut data terbaru, cadangan devisa Indonesia berada pada posisi yang cukup aman, memberikan ruang yang cukup bagi Bank Indonesia untuk mempertimbangkan kebijakan moneter yang lebih longgar.
"Cadangan devisa Indonesia yang besar memberikan fleksibilitas bagi Bank Indonesia dalam menjalankan kebijakan moneter. Dengan stabilnya inflasi, hal ini memberikan optimisme bagi para investor bahwa BI akan mampu menjaga stabilitas ekonomi di tengah ketidakpastian global," ujar Rully.
Stabilitas inflasi juga menjadi indikator penting bagi investor untuk menilai prospek pasar saham Indonesia. Dengan inflasi yang dapat dikendalikan pada tingkat yang wajar, daya beli masyarakat tetap terjaga, yang pada gilirannya dapat mendukung kinerja perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Investor Mengantisipasi Dampak Kebijakan Ekonomi Global
Selain faktor-faktor domestik, investor pasar modal Indonesia juga tidak bisa mengabaikan dampak dari kebijakan ekonomi global. Ketidakpastian politik dan ekonomi di negara-negara besar, terutama Amerika Serikat dan China, masih menjadi tantangan besar yang perlu diperhatikan.
Namun, meskipun terdapat ketidakpastian global, Rully Arya Wisnubroto meyakini bahwa Indonesia memiliki daya tahan yang cukup kuat. "Meskipun ada ketidakpastian ekonomi global, Indonesia masih memiliki daya tarik tersendiri bagi investor, terutama dengan fundamental ekonomi yang solid dan kebijakan yang mendukung sektor-sektor utama," ungkapnya.
Para investor juga mengamati kebijakan moneter negara-negara besar seperti AS, yang berpengaruh terhadap suku bunga global. Jika suku bunga di negara-negara maju mengalami kenaikan tajam, maka aliran modal keluar dari negara berkembang seperti Indonesia bisa saja terjadi. Oleh karena itu, kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga kestabilan ekonomi dan nilai tukar rupiah menjadi sangat penting.
Optimisme Pasar Modal Indonesia di Tengah Ketidakpastian Global
Secara keseluruhan, pasar modal Indonesia saat ini berada dalam fase yang penuh dengan harapan. Investor menantikan keputusan penting dari Bank Indonesia terkait penurunan suku bunga acuan, yang dapat mempercepat pemulihan ekonomi dan meningkatkan minat investasi. Selain itu, kebijakan pro-pasar dari pemerintah juga menjadi faktor penting yang bisa mendorong pertumbuhan pasar modal Indonesia.
Dengan kondisi ekonomi yang solid, cadangan devisa yang cukup besar, dan inflasi yang terkendali, pasar saham Indonesia diharapkan tetap menarik bagi investor. Meskipun tantangan global masih ada, Indonesia memiliki fondasi ekonomi yang kuat untuk menjaga stabilitas pasar modalnya.
"Kebijakan pro-pasar dan pengelolaan ekonomi yang hati-hati akan membuat Indonesia tetap menarik bagi investor. Oleh karena itu, kami optimis bahwa pasar modal Indonesia akan terus berkembang meskipun ada ketidakpastian global," tutup Rully Arya Wisnubroto.