JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kembali menekankan pentingnya literasi keuangan, terutama bagi kalangan mahasiswa. Menurut Kepala OJK Jember, Mohammad Mufid, literasi keuangan di kalangan mahasiswa bukan sekadar kebutuhan biasa, melainkan suatu keharusan. Pasalnya, mahasiswa dinilai sebagai agen perubahan yang berperan strategis dalam menggerakkan perubahan di masyarakat.
Literasi keuangan merujuk pada kemampuan untuk memahami dan menerapkan berbagai keterampilan keuangan, mulai dari pengelolaan tabungan, perencanaan anggaran, hingga memahami cara kerja investasi. Dalam era digital ini, literasi keuangan menjadi semakin esensial mengingat perkembangan teknologi finansial (fintech) yang pesat.
“Kita perlu menyadari bahwa mahasiswa adalah motor penggerak perubahan sosial. Mereka membawa semangat dan inovasi yang dapat mengubah tatanan masyarakat ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu, membekali mereka dengan literasi keuangan yang memadai adalah langkah penting,” ujar Mohammad Mufid dalam wawancaranya baru-baru ini.
Ia menambahkan, dengan pemahaman keuangan yang baik, mahasiswa dapat mengambil keputusan finansial yang bijaksana. Kemampuan ini akan membantu mereka dalam menghadapi berbagai tantangan ekonomi yang mungkin akan dihadapi di masa mendatang.
Tantangan Literasi Keuangan di Kalangan Mahasiswa
Salah satu tantangan terbesar dalam meningkatkan literasi keuangan di kalangan mahasiswa adalah minimnya kurikulum formal yang mengajarkan keterampilan ini. Banyak universitas yang belum mengintegrasikan literasi keuangan dalam program pendidikan mereka. “Padahal, ini akan memberikan nilai tambah yang signifikan bagi mahasiswa ketika mereka terjun ke dunia kerja nanti,” tambah Mufid.
Selain itu, masih terdapat persepsi keliru yang menganggap literasi keuangan hanya diperlukan oleh mereka yang bekerja di sektor ekonomi atau keuangan. Padahal, semua individu, tidak peduli latar belakang pendidikan atau profesinya, akan berurusan dengan pengelolaan keuangan dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Mufid berharap pemerintah dan lembaga pendidikan dapat bekerja sama untuk merancang program-program literasi keuangan yang menyeluruh dan dapat diakses oleh semua mahasiswa. Dengan demikian, mereka dapat lebih siap menghadapi dunia nyata setelah lulus kuliah.
Peran OJK dalam Mendorong Literasi Keuangan
Sebagai otoritas yang mengawasi industri jasa keuangan di Indonesia, OJK terus berupaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, termasuk mahasiswa, tentang pentingnya literasi keuangan. Berbagai program seminar, workshop, dan pelatihan mengenai literasi keuangan telah dan terus dilaksanakan oleh OJK di berbagai daerah.
“Kami di OJK memahami sepenuhnya bahwa peningkatan literasi keuangan adalah investasi jangka panjang bagi kesejahteraan ekonomi bangsa. Oleh karena itu, kami berkomitmen untuk terus memperluas jangkauan program literasi keuangan kami ke seluruh lapisan masyarakat, terutama di kalangan generasi muda,” jelas Mufid.
Program-program tersebut tidak hanya bertujuan untuk memberikan pengetahuan dasar, tetapi juga mengembangkan keterampilan praktis dalam pengelolaan keuangan pribadi. Harapannya, mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang mereka peroleh dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi inspirasi bagi orang-orang di sekitar mereka.
Pentingnya Kemitraan dengan Perguruan Tinggi
Mufid juga menekankan pentingnya kerjasama antara OJK dan perguruan tinggi dalam memperluas jangkauan literasi keuangan. “Kolaborasi dengan institusi pendidikan tinggi sangat penting, karena kampus adalah tempat di mana para pemimpin masa depan dibentuk. Dengan menjalin kemitraan, kita dapat memastikan bahwa mahasiswa mendapatkan akses ke pendidikan keuangan yang memadai,” tegasnya.
Melalui kolaborasi ini, diharapkan dapat tercipta kurikulum inovatif yang menggabungkan aspek teori dan praktis literasi keuangan. Ini tidak hanya akan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengelola keuangan mereka sendiri, tetapi juga mempersiapkan mereka untuk menjadi advokat literasi keuangan di masyarakat.
Dukungan Teknologi dalam Meningkatkan Literasi Keuangan
Era digital memberikan tantangan sekaligus peluang dalam upaya peningkatan literasi keuangan. Teknologi dapat menjadi alat yang efektif dalam menyebarkan informasi dan mendidik mahasiswa tentang keuangan. Banyak platform digital saat ini yang menawarkan kursus online mengenai literasi keuangan, yang dapat diakses kapan saja dan di mana saja.
Mufid mengakui bahwa pemanfaatan teknologi dalam pendidikan literasi keuangan harus dioptimalkan. Penggunaan aplikasi keuangan digital, e-learning, dan media sosial dapat menjadi metode yang menarik dan interaktif bagi mahasiswa. “Kami mendorong mahasiswa untuk memanfaatkan teknologi yang ada untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang keuangan. Karena ke depan, transaksi keuangan akan semakin banyak dilakukan secara digital,” imbuhnya.
Peningkatan literasi keuangan di kalangan mahasiswa adalah investasi penting untuk masa depan. Sebagai agen perubahan, mahasiswa memiliki peran strategis dalam menggerakkan perubahan yang berdampak luas di masyarakat. Diharapkan dengan dukungan dari berbagai pihak, terutama lembaga pendidikan dan pemerintah, literasi keuangan dapat menjadi bagian integral dari sistem pendidikan di Indonesia.
Dengan kemampuan literasi keuangan yang baik, mahasiswa tidak hanya akan lebih siap menghadapi tantangan finansial di masa depan, tetapi juga mampu menjadi penggerak perubahan ekonomi yang memberikan dampak positif bagi masyarakat luas. Sebagaimana yang disampaikan Mufid, “Kami ingin para mahasiswa tidak hanya cerdas dalam akademis, tetapi juga kompeten dalam mengelola keuangan, sehingga mereka siap menjadi pemimpin masa depan yang bertanggung jawab.”
Melalui upaya bersama ini, impian untuk mewujudkan masyarakat yang melek finansial dan ekonomi yang kuat dapat diwujudkan. Mahasiswa sebagai motor penggerak perubahan diharapkan dapat terus menginspirasi generasi berikutnya untuk sadar dan cerdas dalam mengelola keuangan.