JAKARTA - PT Timah (Persero) Tbk. (TINS) tengah mempersiapkan strategi besar dalam menghadapi tantangan cadangan timah di masa depan. Perusahaan pelat merah ini mengalihkan perhatiannya pada tambang timah primer, setelah data eksplorasi menunjukkan bahwa cadangan timah aluvial di wilayah operasionalnya semakin menipis dan diperkirakan mencapai titik kritis pada 2029 mendatang.
Direktur Pengembangan Usaha PT Timah, Suhendra Yusuf Ratuprawiranegara, menegaskan bahwa langkah ini merupakan antisipasi jangka panjang. Dengan keterbatasan cadangan timah aluvial, perusahaan perlu mengoptimalkan potensi sumber daya timah primer agar keberlangsungan bisnis tetap terjaga.
Penjelasan Direktur Pengembangan Usaha PT Timah
Dalam acara media gathering di Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung, Suhendra Yusuf menyampaikan bahwa kondisi cadangan aluvial sudah memperlihatkan penurunan signifikan. “Data-data eksplorasi yang kami miliki di PT Timah itu bisa dikatakan kandungan atau cadangan dari aluvial ini sudah mulai berkurang ya nanti pada 2029,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa perusahaan sudah menyiapkan langkah konkret untuk mengarah ke tambang primer. “Cadangan-cadangan dalam angka tertentu, maaf saya enggak bisa sebutkan di sini, sudah mulai mengarah di sana [tambang primer],” ujar Suhendra. Hal ini menandakan bahwa PT Timah telah memetakan masa depan produksi agar tidak bergantung hanya pada cadangan aluvial.
Cadangan Timah Menurut Data Kementerian ESDM
Berdasarkan catatan Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), sebagian besar bijih timah yang ditambang di Indonesia selama ini berasal dari endapan aluvial. Endapan ini kerap disebut sebagai timah sekunder atau timah placer. Proses terbentuknya melalui pengendapan alami dari batuan primer yang kemudian terbawa ke darat maupun laut.
Timah aluvial umumnya ditemukan dalam bentuk butiran menyerupai pasir. Metode penambangannya relatif lebih sederhana karena cadangan berada di permukaan atau dekat permukaan. Namun, seiring dengan tingginya tingkat eksploitasi, cadangan aluvial ini semakin menipis. Hal inilah yang menjadi alasan kuat bagi PT Timah untuk mengalihkan fokus pada eksplorasi dan produksi timah primer.
Perbedaan Timah Aluvial dan Timah Primer
Secara karakteristik, terdapat perbedaan yang cukup jelas antara timah aluvial dan timah primer. Timah aluvial berbentuk butiran pasir yang biasanya diperoleh dari lautan atau sungai, sedangkan timah primer berbentuk batuan yang berasal langsung dari sumber mineral di dalam bumi.
Karena sifatnya, timah primer memerlukan teknologi dan metode penambangan yang lebih kompleks dibandingkan timah aluvial. Tantangan teknis ini menjadi pekerjaan rumah bagi PT Timah untuk mempersiapkan peralatan, infrastruktur, serta SDM yang mumpuni agar mampu melakukan penambangan dengan hasil optimal.
Langkah PT Timah Menghadapi Tantangan
Dengan situasi yang berkembang, PT Timah tidak hanya berfokus pada eksplorasi, tetapi juga tengah menyiapkan strategi pengelolaan tambang primer secara berkelanjutan. Hal ini mencakup penggunaan teknologi modern, kerja sama dengan berbagai pihak, hingga memperkuat riset dan inovasi dalam industri pertimahan.
Strategi ini diharapkan dapat memastikan pasokan bahan baku timah tetap terjaga untuk mendukung kebutuhan domestik maupun ekspor. Di samping itu, PT Timah juga berkomitmen menjalankan kegiatan pertambangan dengan memperhatikan aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola yang baik, sejalan dengan standar industri global.
Dampak Bagi Keberlanjutan Industri Timah Indonesia
Perubahan arah fokus dari timah aluvial ke timah primer bukan hanya penting bagi PT Timah, tetapi juga bagi keberlanjutan industri timah nasional. Mengingat Indonesia merupakan salah satu produsen timah terbesar di dunia, keberhasilan strategi ini akan memberikan dampak signifikan terhadap posisi Indonesia di pasar global.
Dengan cadangan aluvial yang kian menipis, transisi ke penambangan primer menjadi langkah strategis agar produksi tidak terhenti. Keberhasilan PT Timah dalam mengelola tambang primer akan menjadi tolok ukur penting bagi masa depan industri pertimahan Indonesia sekaligus mendukung perekonomian nasional.