JAKARTA - Kondisi likuiditas valuta asing (valas) di perbankan Indonesia masih menunjukkan tekanan. Pertumbuhan sumber pendanaan dana pihak ketiga (DPK) valas dan kredit valas terlihat melambat, menandakan adanya keterbatasan aliran dana di sektor ini. Situasi ini menjadi perhatian bagi bank dan regulator karena likuiditas valas yang ketat dapat memengaruhi aktivitas pinjaman dan stabilitas finansial secara keseluruhan.
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Valas Melambat
Data menunjukkan, DPK valas perbankan pada semester pertama tahun ini hanya tumbuh tipis. Per Juni, pertumbuhan tahunan tercatat 1,8% menjadi Rp 1.355,4 triliun, sementara pada bulan sebelumnya hanya sebesar 0,3%.
Melambatnya pertumbuhan ini mencerminkan keterbatasan dana pihak ketiga dalam bentuk valas yang tersedia untuk penyaluran kredit maupun investasi, menambah tekanan terhadap likuiditas bank.
Perlambatan Pertumbuhan Kredit Valas
Selain DPK, pertumbuhan kredit valas juga menunjukkan tren melambat. Kredit valas perbankan per Mei mencapai Rp 1.241,5 triliun atau tumbuh 8,22%, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 9,5%.
Perlambatan ini menandakan bahwa permintaan pinjaman dalam bentuk valas mulai menurun, baik dari sektor korporasi maupun perorangan, sehingga mengurangi perputaran likuiditas di pasar valas domestik.
Dampak Penurunan BI Rate Terhadap Likuiditas
Presiden Direktur CIMB Niaga, Lani Darmawan, menyoroti peran kebijakan moneter Bank Indonesia. Penurunan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5% diharapkan bisa membantu melonggarkan likuiditas, termasuk valas dan rupiah.
Dengan biaya dana yang lebih rendah, bank dapat mendorong pertumbuhan kredit dan meningkatkan aliran dana, sehingga menyeimbangkan kondisi likuiditas yang sempat mengetat.
Harapan Semester Kedua 2025
Dengan kebijakan suku bunga yang lebih rendah, Lani optimistis kondisi likuiditas akan membaik pada semester kedua. Langkah ini diharapkan dapat memulihkan pertumbuhan DPK valas dan kredit, sekaligus memberi ruang bagi bank untuk meningkatkan penyaluran pinjaman dan aktivitas perdagangan valas. Harapan ini mencerminkan strategi bank untuk menyesuaikan diri dengan dinamika pasar dan kebijakan moneter terkini.
Strategi Perbankan Menghadapi Likuiditas Ketat
Secara keseluruhan, perbankan perlu menyesuaikan strategi untuk menghadapi likuiditas valas yang ketat. Pengelolaan portofolio, diversifikasi sumber pendanaan, dan pemanfaatan kebijakan moneter menjadi kunci agar aliran dana tetap lancar.
Dengan langkah-langkah ini, bank dapat menjaga stabilitas operasional, mendukung pertumbuhan kredit, dan tetap menjaga kepercayaan nasabah di tengah tekanan likuiditas yang ada.