JAKARTA - Pelabuhan Nangakeo yang terletak di wilayah Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur, menjadi perhatian publik setelah lama tidak beroperasi sebagaimana mestinya. Anggota DPRD Ende, Flavianus Waro, menyoroti kondisi pelabuhan tersebut yang sempat menjadi jalur penting penyeberangan antarpulau, namun kini tidak difungsikan secara optimal.
Menurutnya, pelabuhan ini seharusnya kembali dimanfaatkan untuk menunjang aktivitas masyarakat. Selain memiliki potensi strategis dalam mendukung transportasi laut, keberadaannya juga mampu meningkatkan arus barang dan orang sehingga roda perekonomian lokal dapat bergerak lebih cepat.
KMP Sirung dan Keterbatasan Operasional
Flavianus mengungkapkan fakta yang cukup memprihatinkan mengenai kapal penyeberangan yang biasa beroperasi di pelabuhan ini. Ia menyebut bahwa sejak September hingga Agustus, KMP Sirung hanya beroperasi dua kali, yakni pada Februari dan Maret.
Kondisi tersebut menunjukkan betapa terbatasnya pelayanan transportasi laut yang tersedia bagi masyarakat. Padahal, kebutuhan masyarakat terhadap akses penyeberangan antarpulau cukup tinggi, baik untuk kepentingan distribusi barang, mobilitas pekerja, hingga sektor pariwisata. Minimnya operasional kapal menjadi cerminan bahwa pelabuhan ini kehilangan perannya sebagai jalur vital transportasi laut.
Harapan untuk Pemulihan Fungsi Pelabuhan
Sebagai wakil rakyat, Flavianus mendorong agar Pemerintah Provinsi NTT segera mengambil langkah strategis. Ia menekankan pentingnya memfungsikan kembali Pelabuhan Nangakeo agar manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.
Menurutnya, keberadaan pelabuhan ini tidak hanya berkaitan dengan kebutuhan transportasi, tetapi juga memiliki dampak besar terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Jika pelabuhan aktif kembali, arus perdagangan dan jasa yang melalui Ende dapat tumbuh, sehingga berkontribusi positif bagi pembangunan daerah.
Dampak Ekonomi bagi Masyarakat Lokal
Pelabuhan Nangakeo selama ini dikenal sebagai pintu penghubung penting antarpulau. Tidak berfungsinya pelabuhan berdampak pada lambatnya distribusi hasil pertanian, nelayan, maupun perdagangan kecil yang menjadi tulang punggung perekonomian masyarakat.
Dengan pemulihan fungsi pelabuhan, para petani dan nelayan dapat lebih mudah menjual hasil produksi mereka ke pasar yang lebih luas. Selain itu, pelaku usaha kecil juga akan mendapat kesempatan untuk memperluas jangkauan dagang. Keberadaan pelabuhan yang aktif berarti terbukanya lapangan kerja baru, baik di sektor transportasi, logistik, maupun jasa pendukung lainnya.
Pelabuhan sebagai Infrastruktur Vital
Flavianus menegaskan, pelabuhan bukan sekadar tempat bersandar kapal, tetapi merupakan infrastruktur vital yang menopang kehidupan masyarakat pesisir dan daerah sekitarnya. Dengan memfungsikan kembali Pelabuhan Nangakeo, pemerintah sekaligus memperkuat jaringan transportasi laut yang menjadi salah satu urat nadi pembangunan di wilayah kepulauan seperti NTT.
Pelabuhan yang berjalan dengan baik akan mampu meningkatkan mobilitas masyarakat, memperlancar akses pendidikan, kesehatan, serta memperkuat konektivitas antarwilayah. Kehadiran pelabuhan juga menjadi faktor penting dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah dan mengurangi kesenjangan antarwilayah.
Dorongan untuk Aksi Nyata Pemerintah
Seruan Flavianus merupakan refleksi dari keresahan masyarakat yang merasakan langsung dampak minimnya layanan transportasi laut. Pemerintah daerah maupun provinsi diharapkan tidak hanya mendengar aspirasi ini, tetapi segera melakukan evaluasi dan langkah nyata.
Revitalisasi Pelabuhan Nangakeo memerlukan koordinasi lintas sektor, mulai dari penyediaan armada kapal, perawatan fasilitas pelabuhan, hingga penetapan jadwal operasional yang konsisten. Dengan demikian, pelabuhan ini dapat kembali menjadi pusat mobilitas yang memberi manfaat ekonomi, sosial, dan budaya bagi masyarakat.