Danantara Kejar Penyelesaian 22 Program Hingga Akhir Tahun

Kamis, 24 Juli 2025 | 09:44:44 WIB
Danantara Kejar Penyelesaian 22 Program Hingga Akhir Tahun

JAKARTA - Gebrakan cepat dilakukan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) setelah diresmikan oleh Presiden Prabowo Subianto pada Senin, 24 Februari 2025. Dalam kurun waktu yang relatif singkat, badan ini langsung mengarahkan seluruh fokusnya pada penyelesaian 22 program kerja strategis yang ditargetkan rampung sebelum akhir tahun.

Langkah cepat Danantara memicu perhatian banyak pihak, mengingat tantangan yang harus dihadapi tidaklah ringan. Dengan waktu kurang dari enam bulan, upaya untuk menuntaskan puluhan program menjadi sebuah misi ambisius yang menuntut kecepatan dan ketepatan eksekusi. Namun, justru dalam tekanan waktu itulah semangat transformasi dan optimisme disuntikkan ke dalam tubuh lembaga baru ini.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, memberikan pandangannya secara terbuka dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR yang berlangsung Rabu pagi. Ia menegaskan bahwa pekerjaan rumah yang diemban Danantara dalam jangka pendek ini memerlukan usaha luar biasa, apalagi jika dibandingkan dengan entitas sejenis.

“INA memerlukan waktu 18 bulan untuk transisi. Danantara yang jauh lebih besar dari INA, kalau bisa 6 bulan berlari ini luar biasa, ini bayi ajaib,” kata Erick dalam forum tersebut.

Pernyataan itu sekaligus menggambarkan ekspektasi tinggi terhadap Danantara yang belum genap setahun berdiri namun langsung diminta menunjukkan performa setara institusi berpengalaman. Perbandingan dengan Indonesia Investment Authority (INA) juga menegaskan bahwa Danantara memikul beban yang jauh lebih besar, tidak hanya dari sisi cakupan tugas, tetapi juga kompleksitas program-program strategis yang harus dituntaskan.

Dengan label “bayi ajaib”, Danantara diposisikan sebagai lembaga yang harus mampu menghadirkan solusi cepat terhadap kebutuhan pembiayaan berbagai sektor, terutama dalam ekosistem pembangunan nasional yang terus berkembang. Ekspektasi ini semakin kuat karena waktu yang tersisa hingga penutupan tahun anggaran sangat terbatas.

Di balik tantangan besar tersebut, tim manajemen Danantara tak menyurutkan langkah. Justru sebaliknya, sejak hari pertama operasional dimulai, pendekatan yang digunakan adalah langsung mengeksekusi rencana, bukan lagi berputar pada perumusan konsep semata. Pola kerja ini menggambarkan semangat baru dalam birokrasi investasi—menghindari stagnasi dan memilih bergerak cepat untuk menjawab kebutuhan strategis negara.

Sebagai lembaga pengelola investasi milik negara, peran Danantara tidak hanya terbatas pada penempatan dana, tetapi juga mencakup pengembangan portofolio strategis, kerja sama lintas sektor, hingga mendorong lahirnya ekosistem pendanaan yang sehat dan berkelanjutan. Maka tidak mengherankan jika penyelesaian 22 program tersebut diposisikan sebagai tolok ukur awal untuk menguji kesiapan organisasi.

Program-program yang dimaksud meliputi beragam sektor, mulai dari infrastruktur, energi, penguatan industri nasional, hingga program pendanaan kreatif untuk mendukung ekonomi digital dan UMKM. Meski rincian per program belum seluruhnya dipublikasikan, Danantara diyakini telah menyusun skema kerja secara terukur dan berbasis hasil. Prinsip efisiensi dan tata kelola yang kuat menjadi fondasi utama dalam mengeksekusi seluruh target tersebut.

Dalam praktiknya, kolaborasi lintas kementerian dan lembaga akan sangat menentukan keberhasilan eksekusi program. Dengan waktu yang sangat terbatas, setiap hambatan administratif maupun teknis harus dieliminasi sedini mungkin. Di sinilah pentingnya peran koordinasi dari Kementerian BUMN sebagai pemegang mandat utama pembentukan Danantara.

Pernyataan Erick Thohir juga menjadi sinyal bahwa pemerintah tidak menginginkan proses panjang yang bertele-tele. Meski belum genap satu tahun, Danantara dituntut langsung menghasilkan dampak nyata. Hal ini juga menjadi pertaruhan reputasi, karena keberhasilan lembaga ini akan menentukan arah kebijakan pengelolaan investasi negara ke depan.

Kecepatan Danantara tidak hanya menjadi simbol semangat kerja baru dalam pemerintahan Presiden Prabowo, tetapi juga dapat menjadi model reformasi tata kelola lembaga investasi. Jika dalam waktu enam bulan lembaga ini mampu menyelesaikan 22 program besar, maka hal tersebut akan memperkuat kepercayaan publik terhadap efektivitas pengelolaan dana negara di luar skema anggaran tradisional.

Namun, bukan berarti tantangan tidak ada. Dalam ekosistem investasi, berbagai faktor eksternal dapat mempengaruhi realisasi program. Mulai dari perubahan situasi global, pergerakan pasar, dinamika politik, hingga kesiapan mitra strategis. Oleh karena itu, penguatan kapasitas internal dan pengelolaan risiko menjadi bagian integral dari strategi Danantara dalam mengawal seluruh targetnya.

Meski disebut sebagai “bayi ajaib”, Danantara tetap perlu dibekali dengan instrumen regulasi yang mendukung fleksibilitasnya, tanpa mengorbankan prinsip akuntabilitas. Transparansi dan laporan kinerja yang berkala akan menjadi bagian penting dalam memastikan lembaga ini tetap berada dalam jalur yang benar.

Dalam penutupan rapat kerja, harapan besar disematkan kepada Danantara agar tidak hanya cepat dalam eksekusi, tetapi juga presisi dalam menciptakan dampak. Lima bulan ke depan menjadi ujian nyata, apakah lembaga ini hanya berlari kencang di awal, atau mampu menjaga konsistensi hingga benar-benar mencapai garis akhir dengan membawa hasil konkret untuk bangsa.

Terkini

Film Sukma: Teror Gaib dan Obsesi Kecantikan

Selasa, 09 September 2025 | 16:24:10 WIB

BYD M6: MPV Listrik Modern dengan Kabin Luas dan Fitur Canggih

Selasa, 09 September 2025 | 16:24:09 WIB

Daihatsu Ayla Tipe M: Harga Terjangkau dan Spesifikasi Lengkap

Selasa, 09 September 2025 | 16:24:07 WIB

New Honda ADV160 RoadSync, Skutik Petualang Fitur Canggih

Selasa, 09 September 2025 | 16:24:03 WIB