Skema Transportasi FORNAS VIII Dorong Efisiensi Kontingen Daerah

Minggu, 20 Juli 2025 | 13:01:14 WIB
Skema Transportasi FORNAS VIII Dorong Efisiensi Kontingen Daerah

JAKARTA - Optimalisasi sistem transportasi menjadi bagian krusial dari suksesnya pelaksanaan Festival Olahraga Masyarakat Nasional (FORNAS) VIII yang berlangsung di Nusa Tenggara Barat (NTB). Tak sekadar mengatur lalu lintas pergerakan orang dan kendaraan, panitia pelaksana juga menyusun pendekatan strategis agar aspek transportasi tidak menjadi hambatan dalam pelaksanaan ajang olahraga dua tahunan ini.

Salah satu terobosan utama yang diterapkan adalah mendorong kemandirian kontingen dari tiap daerah dalam mengelola sendiri kebutuhan mobilisasi dan akomodasi mereka selama kegiatan berlangsung. Langkah ini dinilai selaras dengan semangat kolaboratif FORNAS, yang mengedepankan sinergi antardaerah serta kemandirian dalam setiap aspek teknis pelaksanaan.

Panitia pelaksana tidak hanya berfokus pada menyediakan fasilitas, namun juga menciptakan sistem yang terstruktur melalui pembagian skema transportasi yang efisien. Sistem tersebut dibagi dalam tiga kategori berdasarkan akreditasi, yakni T1, T2, dan T3. Pembagian ini dilakukan untuk memastikan kebutuhan tiap kelompok peserta maupun pengurus terlayani secara tepat dan proporsional.

Deputi IV Bidang Transportasi dan Konsumsi FORNAS VIII NTB, Lalu Kholid Karyadi, menjelaskan bahwa sistem transportasi ini disusun dengan mempertimbangkan kompleksitas kegiatan dan banyaknya jumlah peserta dari seluruh penjuru Indonesia. Skema akreditasi menjadi alat bantu untuk mendistribusikan kendaraan secara tepat sasaran dan menghindari penumpukan kebutuhan transportasi yang tidak perlu.

“Kategori T1 diperuntukkan untuk unsur pimpinan, seperti Ketua, Sekretaris, Bendahara KORMINAS, para Deputi, serta PMO Manager Official. Kami menyiapkan 20 unit kendaraan khusus untuk memastikan mobilitas para pimpinan berjalan lancar,” jelas Kholid dalam keterangannya kepada media di Sekretariat FORNAS VIII NTB.

Dengan skema ini, penyediaan kendaraan tidak dilakukan secara merata atau menyamaratakan kebutuhan, melainkan berdasarkan fungsi dan peran masing-masing dalam struktur organisasi dan pelaksanaan kegiatan. Langkah ini dianggap penting agar logistik dan mobilitas para pemangku kebijakan utama dapat berjalan tanpa gangguan berarti.

Kholid juga mengungkapkan bahwa kategori T2 dan T3 ditujukan untuk peserta serta tenaga pendukung lainnya. Masing-masing kategori memiliki aturan dan alokasi tersendiri, yang telah dihitung secara detail oleh tim pelaksana untuk menghindari ketimpangan dalam layanan transportasi.

“Kami membagi dengan sistem akreditasi agar semua berjalan tertib, tidak ada tumpang tindih, dan efisien. Ini semua demi memastikan seluruh elemen dalam FORNAS VIII dapat fokus pada substansi kegiatan tanpa terganggu oleh persoalan logistik,” tambah Kholid.

Dari sisi teknis, skema transportasi ini juga melibatkan koordinasi erat dengan berbagai pihak, termasuk dinas perhubungan setempat, operator transportasi lokal, serta tim logistik dari masing-masing kontingen. Langkah ini diambil untuk memastikan bahwa kendaraan yang disiapkan dalam sistem akreditasi tidak hanya tersedia, tetapi juga berfungsi optimal selama pelaksanaan event.

Lebih jauh, Kholid menekankan bahwa sistem ini bukan hanya tentang penyediaan kendaraan, tetapi juga menyangkut manajemen waktu, lokasi penjemputan dan pengantaran, serta protokol kedatangan dan keberangkatan di venue-venue utama. Semua itu dirancang agar efisiensi bisa dicapai di tengah dinamika kegiatan yang padat.

Salah satu prinsip yang dijaga dalam penyusunan sistem ini adalah memberikan keleluasaan kepada kontingen daerah untuk berpartisipasi secara aktif dalam pengelolaan transportasi mereka sendiri. Dengan demikian, partisipasi daerah tidak hanya terbatas pada aspek kompetisi olahraga, tetapi juga dalam perencanaan logistik yang menyeluruh.

Langkah mendorong kemandirian ini juga disambut positif oleh banyak perwakilan kontingen daerah. Mereka merasa memiliki peran lebih besar dalam mengatur ritme pergerakan peserta, sekaligus memastikan bahwa kebutuhan spesifik kontingen masing-masing bisa ditangani lebih fleksibel.

Panitia juga menyediakan forum konsultasi logistik sebelum pelaksanaan FORNAS VIII dimulai. Dalam forum tersebut, setiap kontingen diberikan ruang untuk menyampaikan kebutuhan mereka serta berdiskusi langsung dengan panitia terkait skema transportasi dan akomodasi. Forum ini menjadi sarana efektif untuk menyamakan persepsi dan memastikan tidak ada informasi yang terputus.

Langkah terstruktur ini diharapkan bisa menjadi model dalam penyelenggaraan kegiatan olahraga tingkat nasional lainnya. Dengan manajemen transportasi yang efisien, bukan hanya kelancaran acara yang terjaga, tetapi juga aspek keselamatan dan kenyamanan para peserta selama kegiatan berlangsung.

Lebih dari itu, sistem ini juga menjadi representasi dari semangat transformasi dalam tata kelola event olahraga di Indonesia. Tidak hanya bergantung pada sentralisasi kebijakan, tetapi juga mendorong partisipasi aktif dari seluruh pemangku kepentingan di berbagai daerah. Hal ini menunjukkan bahwa FORNAS bukan sekadar ajang olahraga, melainkan juga sarana pembelajaran tentang kolaborasi, efisiensi, dan kepemimpinan.

Melalui strategi transportasi yang disusun dengan matang, FORNAS VIII di NTB menunjukkan bahwa keberhasilan pelaksanaan kegiatan berskala besar tidak hanya ditentukan oleh acara puncaknya, tetapi juga dari kesiapan dan kedetailan pada elemen-elemen pendukung, termasuk transportasi.

Dengan sistem akreditasi T1, T2, dan T3 yang dijalankan secara disiplin, panitia pelaksana FORNAS VIII berharap seluruh rangkaian acara dapat berlangsung lancar, tertib, dan membawa kesan positif bagi seluruh peserta dan masyarakat luas.

Terkini